Jodoh Untuk Lala - Part Lima

MS Wijaya
0



Malam minggu ini Lala sudah bersiap berpakaian rapi dan cantik. Bahkan ia sengaja memoles lipstik dan bedak dengan tipis-tipis, rencananya kali ini pasti akan berhasil. Apalagi ia dan kawan-kawannya sudah mempersiapkan dengan matang. Ia juga sudah mengatakan kepada Emak dan Babeh bahwa hari ini pacarnya akan datang. Tidak lupa ia mengatakan pada orang tua-nya untuk segera memberi tahu keluarga Somad tentang rencana pembatalan perjodohan mereka.

“Buset wangi bener anak emak, udah kayak kuburan baru.” Ceplos Emak begitu Lala lewat di depannya. Emak dan Babeh sudah duduk manis di beranda depan sejak sehabis Shalat Isya, karena penasaran siapa gerangan pacar anak perempuannya itu. Babeh bahkan sudah menghabiskan tiga batang rokok sejak tadi ditemani kopi hitam dan koran tadi pagi. Walupun sudah berumur, Babeh Lala tidak menggunakan kacamata seperti orangtua pada umumnya, matannya masih cukup awas untuk membaca ukuran huruf-huruf di koran.

“Iyya dong, kan Lala mau ketemu pacar. Jadi harus wangi, cantik dan seksih.” Balas Lala, dengan penekanan kata seksi yang ditambahkan huruf ‘h’ dibelakangnya. Tak lupa ia membuat pose seksi cover majalah. Tangan kirinya di kepala sedangkan tangan kanannya di pinggul yang sengaja ia tonjolkan sehingga lekukan tubuh Lala terlihat seperti gitar. Emak yang melihat bergidik ngeri, dan melempar anak gadisnya itu dengan pisang goreng yang ada diatas meja dekat ia duduk.

“Nggak kena yeeyyy..” Ejek Lala dan langsung meloyor kabur ke dalam, sebelum piring tempat pisang goreng menjadi piring terbang. Emak mengetuk-ngetuk meja tiga kali dengan tangannya, seraya berbisik ‘amit-amit jabang bayi, ya gusti! Ngidam apa coba hambamu ini waktu itu’. Babeh menahan tawanya melihat tingkah anak dan isterinya tersebut. Saking tak tahannya untuk tertawa, ia menutup korannya tinggi-tinggi untuk menutupi tawanya yang tak bersuara.
‘cah edan!!’

“Lu pada udah sampai mana sih?” Tegasnya begitu sambungan telepon tersambung. Lala mulai resah, belum ada tanda-tanda bahwa Aldo dan kawan-kawan sampai di rumahnya.

“Santai, bentar lagi kita nyampe kok. Ini udah depan gang rumah loe. Loe sia-siap aja, jangan tegang!” jawab Aldo, lalu mematikan teleponnya. Walaupun Lala belum sempat mengiyakan. Dan ia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Ia bergegas keluar kamarnya, untuk menyambut kedatangan teman-temannya itu.

Mobil Honda Jazz berwarna merah memasuki pekarangan rumah Lala, ia segera bangkit dari tempatnya dan menghampiri mobil tersebut. Lala mengetuk-ngetuk pintu mobil, dan menunjuk-nunjuk ke pintu, meminta si pengendara membuka pintunya. Klik, suara kunci pintu dibuka. Lala membuka pintu mobil dan kaget mendapati Aldo yang disana bukan Rendy! Ia langsung masuk dan menutup pintu mobil.

“Rendy mana Do!!” Senyum yang sejak tadi mengembang di wajah Lala pudar seketika.

“Aduh La, gue minta maaf banget La. Dia nggak bisa dateng hari ini! Ibunya masuk rumah sakit tadi sore. Jadi dia harus jagaain ibunya sekarang. Dia juga bilang minta maaf banget.” Aldo memelas.

“Terus gimana sekarang?.”

“Lu nggak ngliat gue kesini buat apa?. Gini-gini kan gue pernah jadi anak teater.” Aldo menenangkan.

“Laga lu anak teater, anak lenong Cing Asmat juga lu!.”

“Lah apa bedanya? Teater kalau di jakarta ya namanya leonong. Yaudah ahh ayo turun. Entar Babeh sama Emak curiga lagi kita di dalem kelamaan.” Aldo keluar mobil dahulu, disusul Lala yang ragu-ragu keluar dari mobil. Aldo berdiri menunggu Lala, tangan kirinya memberikan kode agar Lala menggandengnya seperti dalam film-film romantis.

“Assalamualaikum Beh, Mak..” Aldo cium tangan pada Emak dan Babeh.

“Hehhh..hehh.. apa-apaan nih?? Lu kira lagi mau nyebrang di jebra kros main gandeng-gandengan segala?” Babeh dengan paksa melepas gandengan Lala dan Aldo.

“Elah beh, kayak kagak pernah muda aja.” Elak Aldo sambil tersenyum lebar seperti biasa.

“Mau ngapa lu kesini Do? Mau ngajak Lala maen? Die ada acara maelm ni, mau ngenalin pacarnya sama emak babeh.” tanya emak curiga.

“Lah... emang Emak sama Babeh nggak dikasih tau siapa pacarnya Lala? Ehemm...” Ujar Aldo sambil merapikan kerah kemeja lengan pendek yang sebenarnya sudah rapih.

“Kagaklah, kata dia biar sepreii.. eh supres..” jawab emak, lalu memandang Lala dengan penuh tanya. Lala hanya tersenyum kecut, antara gugup dan merasa bersalah karena kebohongannya.

“Liat dong, ini udah di depan emak sama babeh.” Aldo kalem dan percaya diri.

“APAAA?? Serius lu La??” Tanya Emak dan Babeh koor, bersamaan. Yang ditanya hanya manggut-manggut tanda mengiyakan.

“Hehh haram tau lu entar nikahnya sam si Aldo, kan lu pada tau dulu waktu emaknya Aldo setahun jadi TKW ke Arab gua yang nyusuin. Jadi kagak boleh kalau sodara sesusuan mah.” Ujar Emak was-was. Memang dulu sejak kecil Aldo, Lala bahkan Rika pernah di susui oleh Emak. Makanya mereka sudah menjadi sahabat kental sampai saat ini, mungkin karena pertalian tersebut yang membuat awet persahabatan mereka.

“Kalau cinta udah cinta gimana mak?.” Lala memelas, pura-pura sedih. Matanya tertunduk kebawah, melihat lantai. Padahal sebenarnya iya menahan tawa, karena emak terlalu polos hingga percaya dengan Aldo. Tapi ia meras bersalah juga sebenarnya.

“Iyya mak, masa Emak sama Babeh tega misahin kita? emang kagak mau apa jadi mantuan ama Aldo mak? Beh?” Aldo ikut memelas, rupanya akting Aldo tidak bisa dianggap enteng. Aldo benar-benar berbakat, harusnya ia mulai besok ikut casting di production huse. Pasti ia akan diterima menjadi pemeran-pemeran FTV setidaknya, pikir Lala melihat akting Aldo yang meyakinkan sekali. Emak dan Babeh pun terdiam saling memandang, seakan mereka punya telepati untuk berbicara tanpa bersuara.

“Nah kan! Apa gua bilang, pasti aldo sama Lala ada apa-apanya. Hubungan antara laki sama perempuan kalau nggak ada apa-apanya mustahil.” Bisik babeh pada emak di dalam kamar. Lala menguping dari belakang daun pintu obrolan emak dan babeh, ia cukup puas dengan hasil pekerjaan Aldo. Kalau tau dengan Aldo saja berhasil, kenapa kemarin ia repot-repot harus melakukan hal konyol dan membuat hatinya terasa nyeri karena harus bertemu kembali dengan mantannya.

Yes, akhirnya gue terbebas dari perjodohan untuk sementara waktu. Lala girang, lalu kembali ke kamarnya dengan senyum penuh kemenangan. Malam ini dan malam selanjutnya ia akan bisa tidur dengan tenang dan nyenyak tentunya, tanpa harus berpikir tentang perjodohan yang konyol itu lagi. Di grup whatsapp Lala berterima kasih banyak pada kedua sahabat tercintanya itu, dan berjanji akan mentraktir makan sepuasnya sebagai ucapan terimakasih Lala pada mereka.

Part 1   |   Part 2   |   Part 3   |   Part 4   |   Part 5   |   Part 6   |   Part 7  |

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)